...Aku memberikan kesan bahwa aku tentram,bahwa semuanya beres,baik didalam batin maupun lingkunganku; bahwa kepercayaan diri adalah cita-citaku dan sikap tenang adalah kebiasaanku, bahwa perairannya tenang dan bahwa akulah yang memegang kendali dan aku tidak butuh siapa pun. Tetepi jangan percaya deh, kumohon.
Aku ngobrol santai denganmu dengan anda basa-basi. Aku katkan segalanya yang sebenarnya tidak ada artinya,yang sama sekali lin dari pada seruan hatiku.
Jadi kalau aku sedang berceloteh, jangan terkecoh oleh apa yang kuucapkan. Tolong dengarkan dengan seksama dan berusahalah mendengar apa yang tidak kuucapkan; apa yang ingin kuucapkan; apa; demi keselamatan,yang perlu kuucapkan tetapi aku tidak bisa. Aku tidak suka bersembunyi. Sejujurnya loh. Aku tidak suka permainan basa-basi yang kumainkan ini.
Sebenarnya aku ingin tulus, spontan, dan menjadi diriku sendiri; tetapi kamu harus menolong aku. Kamu harus menolong aku dengan mengulurkan tanganmu, sekali pun aku kelihatannya aku tidak menginginkannya atau membutuhkannya. Setiap kali kamu bersikap baik, serta lemah lembut dan memberiku dorongan, setiap kali kamu berusaha mengerti karena kamu sungguh peduli, hatiku bersayap. Sayap lemah sih. Tetapi pokoknya bersayap. Dengan kepekaanmu dan simpatimu serta daya pengertianmu,aku bia menanggung semuanya. Kamu bisa menghembuskan nafas kehidupan ke dalam diriku. Pasti tidak mudah bagimu. Keyakinan akan tidak keberhargaan yang sudah lama pasti membangun dinding yang kuat. Tetapi kasih itu lebih kuat dari pada dinding yang kuat,dan disanalah letak pengharapanku. Tolong usahakan untuk merubuhkan dinding itu dengan tangan-tangan yang kokoh,tetapi lembut, karena seorang anak itu peka, dan aku itu anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar